Senin, 04 Desember 2017

FAWATIH AL-SUWAR (PEMBUKA-PEMBUKA SURAT)



PENDAHULUAN

Selain sebagai mukjizat terbesar Rasulullah SAW, Al-Qur’an adalah lautan ilmu yang tidak akan habis-habisnya untuk dikaji dari berbagai sisi. Di antara para ulama bahkan orientalis pun tidak ketinggalan untuk mengetahui rahasia di balik teks-teks Al-Qur’an tersebut. Ada yang mencoba mengelaborasi dan melakukan eksplorasi lewat perspektif keimanan, histories, bahasa dan sastra, pengkodifikasian, kemu’jizatan, penafsiran serta telaah kepada huruf-hurufnya, adapula yang mengkaji dari segi sosio-kultural dan hermeuneutika.
Salah satu pengkajian dan sekaligus pembuktian kemukjizatan Al Qur’an adalah kajian terhadap kata-kata pembuka Al Qur’an. Sebagaimana telah diketahui bahwa Al Qur’an terdiri dari 114 surat, ternyata setiap surat diawali dengan beberapa macam pembukaan yang dalam hal ini dinamakan Fawatih       al-Suwar.



FAWATIH AL-SUWAR
(PEMBUKA-PEMBUKA SURAT)

A.    Pengertian Fawatih Al-Suwar
Secara bahasa  فواتح السوار  merupakan terdiri dari dua kata, yaitu kata    فواتح dan  السوار  , kata  فواتح adalah bentuk jamak dari kata  فاتح  yang berarti permulaan, pembukaan, pendahuluan, sedangkan kata السور  jamak dari      سورة yang mengandung arti المنزلة حمع سور (turun, kumpulan surat). Maksudnya adalah kumpulan dari sejumlah ayat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan sudah ditentukan jumlahnya.[1]
 Sedangkan secara istilah fawatih al-suwar adalah suatu ilmu yang mengkaji tentang bentuk-bentuk huruf, kata atau kalimat permulaan surah-surah Al-Qur’an.[2]

B.     Kegunaan Fawatih Al-Suwar
Adapun kegunaan dari pada fawatih as-Suwar adalah :
  1. Sebagai peringatan kepada Nabi Muhammad SAW, Allah mengetahui bagian-bagian waktu dimana Nabi sebagai seorang manusia kadang-kadang sibuk, maka dari itu Jibril menyampaikan Firman Allah seperti Alif Lam Mim, Ha Mim dan lainnya, dengan suara Jibril supaya Nabi menerima dan memperhatikannya.[3] Akan tetapi, pendapat di atas dibantah oleh Rasyid Ridha. Menurutnya, Nabi selalu siap menanti kedatangan wahyu. Peringatan itu menurutnya ditujukan kepada orang-orang musyrik Mekkah dan Ahli Kitab Madinah agar mereka tertarik mendengar Al-Qur’an dan hati mereka menjadi lunak kepada Nabi.[4]
  2. Menarik perhatian bagi orang-orang musyrik, di saat orang-orang musyrik menganjurkan supaya tidak mendengarkan Al-Qur’an di waktu Nabi membacanya, Allah berkehendak untuk menarik perhatian mereka dan mendatangkan kepada mereka sesuatu yang tidak mereka ketahui yang menjadi sebab agar mereka diam dan mendengarkan apa yang dibacakan Nabi. Maka apabila mereka mendengar huruf muqotho’ah ini mereka merasa heran dan menyuruh teman-temannya untuk mendengarkan bacaan Nabi.[5]
  3. Memperindah dan menyempurnakan bentuk-bentuk penyampaian, sebagai sarana pujian dan dipandang untuk merangkum semua materi yang akan disampaikan lewat kata-kata awal, dalam hal ini surat al-Fatihah dapat digunakan sebagai ilustrasi dan suatu pembuka yang merangkum keseluruhan pesan ayat dan surat yang terdapat dalam Al-Qur’an.

C.     Macam-macam Fawatih Al-Suwar
Dalam Al-Qur’an terdapat sepuluh macam bentuk Fawatih al-Suwar, macam-macam bentuk itu ialah sebagai berikut:[6]
1.      Pembukaan surat dengan lafaz pujian   الثناء 
Dalam Al-Qur’an terdapat empat belas surat yang diawali dengan lafaz yang mengandung pujian kepada Allah SWT, dan lafaz sanjungan ini ada dua bentuk, yaitu :
a.      إثبات  yaitu sanjungan kepada Allah SWT dengan mempergunakan kata-kata yang menetapkan sifat-sifat terpuji bagi Allah SWT. Seperti pemakaian katanya adalah  الحمد , ada lima surat dalam Al-Qur’an yang dimulai dengan kata  الحمد  yaitu Qs. Al-Fatihah, Al-An’am,   Al-Kahfi, As-Saba’, Al-Fatir. Kemudian juga yang termasuk dalam kategori  إثبات  adalah yang dimulai dengan kata تبارك  yang terdapat dalam dua surat yaitu Al-Furqan dan Al-Mulk.
b.      تنزية  yaitu penggunaan kata sebagai awal surat yang menunjukkan bersihnya Allah SWT dari sifat-sifat tercela, contohnya dalam surat yang menggunakan kata-kata Tasbih. Ada tujuh surat di dalam         Al-Qur’an yang dimulai dengan Tasbih, yaitu Al-Isra’, Al-Hadid,     Al-Hasyar, As-Shaf, Al-Jumu’ah, At-Taghobun, Al-A’la.
 
2.      Pembukaan surat dengan lafaz  النداء  (panggilan) 
Ada sepuluh surat di dalam Al-Qur’an yang dimulai dengan lafaz seruan dengan berbagai bentuk:
a.      Sebagian seruan ditunjukkan untuk orang yang beriman dengan menggunakan يأيها الذين امنوا , bentuk seruan seperti ini terdapat dalam tiga surat yaitu Al-Maidah, Al-Mumtahanah dan Al-Hujarat.
b.      Ada juga Nida yang ditujukan secara khusus untuk Nabi Muhammad dengan kalimat  يأيها النبي  , model pembukaan surat yang semacam ini terdapat dalam tiga surat, yaitu Al-Ahzab, At-Tholaq dan At-Tahrim, juga kalimat spesifik yang ditujukan kepada Nabi yaitu dengan menggunakan   يأيها المدثر   pada surat Al-Muddatssir dan         يأيها المزمل  pada surat Al-Muzammil.
c.       Seruan yang ditujukan kepada manusia secara umum dengan kata       يأيها الناس  yang terdapat dalam dua surat, yaitu An-Nisa’ dan      Al-Hajj.
3.      Pembukaan surat dengan jumlah Khabariyyah (kalimat berita)
Ada dua puluh tiga surat yang dimulai dengan jumlah Khabariyyah, yaitu surat Al-Anfal, At-Taubah, An-Nahl, Al-Anbiya, Al-Mukminun, An-Nur, Az-Zumar, Muhammad, Al-Fath, Al-Qomar, Ar-Rahman, Al-Mujadalah, Al-Haqqah, Al-Ma’arij, Nuh, Al-Qiyamah, ‘Abasa, Al-Balad, Al-Qadar, Al-Bayyinah, Al-Qari’ah, Al-Takatsur dan Al-Kautsar.
4.      Pembukaan surat dengan huruf Qasam (sumpah)
Ada lima belas surat yang dimulai dengan huruf qasam, yakni surat       As-Shaffat, Adz-Dzariat, At-Thur, Al-Najm, Al-Mursalat, An-Naziat,    Al-Buruj, At-Thoriq, Al-Fajr, As-Syamsi, Al-Lail, Ad-Dhuha, At-Tin,    Al-Adiyat dan Al-Ashri.
5.      Pembukaan dengan huruf syarat
Ada tujuh surat yang dimulai dengan huruf syarat: surat Al-Waqi’ah,     Al-Munafiqun, At-Takwil, Al-Infithor, Al-Insyiqoq, Az Zalzalah dan     Al-Nashr.
6.      Pembukaan surat dengan Amar (perintah)
Ada enam surat yang dimulai dengan amar, yaitu surat Jin, Al-Alaq,      Al-Kafirun, Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Nas.
7.      Pembukaan surat dengan bentuk Istifham (pertanyaan)
Ada enam surat yang dimulai dengan Istifham, yaitu surat Al-Insan,      An-Naba, Al-Ghosyiyah, Al-Insyroh, Al-Fiil dan Al-Ma’un.
8.      Pembukaan surat dengan lafaz do’a. Ada tiga surat yang dimulai dengan bentuk seperti ini, yaitu surat Al-Muthoffifin, Al-Humazah dan Al-Lahab.
9.      Pembukaan surat dengan Ta’lil (ilat)
Pembukaan surat Al-Qur’an yang dimulai dengan ta’lil hanya ada satu surat yaitu surat Al-Quraisy.
10.  Pembukaan surat yang dimulai dengan huruf Muqatha’ah (huruf potong)
Ada dua puluh sembilan surat yang dimulai dengan huruf Muqatha’ah. Bentuk-bentuk huruf Muqatha’ah itu adalah :
a.      Ada yang terdiri dari satu huruf, ini terdapat dalam tiga surat yaitu surat Shad, Qaf dan Al-Qalam.
b.      Ada yang terdiri dari dua huruf, ini terdapat dalam sepuluh surat, yaitu surat Al-Mukmin, Fussilat, As-Syuro, Az-Zuhruf, Ad-Dhukhon,       Al-Jatsiyah, Al-Ahqab, Thaha, Yasin dan An-Naml.
c.       Ada yang teridiri dari tiga huruf, ini terdapat dalam tiga belas surat, enam surat dimulai dengan alif lam mim, yaitu surat Al-Baqarah, Ali Imran, Al-Ankabut, Ar-Rum, Luqman, As-Sajadah. Lima surat dimulai dengan Tho sin Mim dalam surat As-Syu’aro dan Al-Qashash.
d.     Ada yang terdiri dari empat huruf, yaitu surat Al-A;raf yang dimulai dengan huruf Alif Lam Mim Shod dan surat Ar-Ra’du yang dimulai dengan Alif Lam Mim Ro.
e.      Ada yang terdiri dari lima huruf, ini terdapat satu surat yaitu surat Maryam yang dimulai dengan Kaf Ha Ya’Ain Shad.
D.    Perbedaan Pendapat Ulama Tentang Fawatih Al-Suwar
Para ulama berbeda pendapat mengenai kemampuan manusia mengetahui makna huruf muqaththa’ah (huruf potong) yang terdapat di awal beberapa surat. Adapun diantara pendapat mereka adalah :
a.      Menurut Ibn Abbas, berdasarkan riwayat Ibn Abi Hatim, huruf-huruf itu menunjukkan nama Tuhan. Alif Lam Mim, yang terdapat dalam pembukaan surat Al-Baqarah, ditafsirkan dengan Ana Allah A’lam (Akulah Tuhan Yang Maha Tahu). Alif Lam Ra’ ditafsirkan dengan Ana Allah Ara (Akulah Tuhan Yang Maha Melihat).[7]
b.      Menurut Sayyid Al-Quthub, huruf-huruf itu mengingatkan bahwa Al-Qur’an disusun dari huruf-huruf yang lazim dikenal oleh bangsa Arab, yaitu tujuan Al-Qur’an pertama kali diturunkan. Dalam pandangannya pula, misteri dan kekuatan huruf-huruf itu terletak pada kenyataan bahwa meskipun huruf-huruf itu begitu lazim dan sangat dikenal, manusia tidak akan dapat menciptakan gaya dan diksi yang sama dengannya untuk membuat kitab seperti Al-Qur’an.[8]
c.       Huruf-huruf tersebut adalah termasuk kepada ayat mutasyabihat, dan yang mengetahui tentang maksud hanyalah Allah SWT. Maka itu itulah sebabnya kebanyakan buku tafsir membuat komentar setelah ayat tersebut dengan ungkapan “Allah a’lam bimuradih (hanya Allah yang lebih mengetahui maksudnya). Diantara ulama yang berpendapat demikian adalah Sufyan     Ats-Tsauri dan Asy-Sya’bi.[9]
d.      Huruf-huruf ini disebutkan di awal surat untuk menjadi penjelas kemu’jizatan Al-Qur’an, serta bahwa makhluk lemah dari melawan (mendatangkan tandingan) yang semisal ini, sekalipun dia hanya tersusun dari huruf-huruf ejaan yang saling berkaitan sehingga menyusun sebuah kalimat. Pendapat ini disebutkan oleh sekelompok peneliti, diantaranya Ar-Razi, Al-Qurthubi dan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Al-Hafizh Al-Mizzi juga berpendapat demikian.[10]
e.      Rasyid Ridha berpendapat bahwa huruf-huruf tersebut ialah tanbih yang dihadapkan kepada orang-orang musyrik di Mekkah.[11]
f.        Al-Kuwaibi berkata: huruf-huruf tersebut merupakan tanbih bagi Nabi, mungkin suatu waktu Nabi sibuk dan sebagainya.[12]

Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat kita simpulkan bahwa fawatih al suwar dengan huruf-huruf muqatho’ah merupakan kemukjizatan Al-Qur’an karena ia tidak bisa ditandingi oleh siapapun, bahkan orang Arab sendiri meskipun ia hanya tersusun dari huruf-huruf muqatho’ah, ia berguna sebagai peringatan, memperindah bahasa, menarik perhatian orang musyrik agar mereka memusatkan perhatiannya kepada Al-Qur’an yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW.
Huruf-huruf muqatho’ah ini juga merupakan ayat-ayat mutasyabihat artinya Allah saja yang mengetahui secara pasti maksud dari pada ayat tersebut, namun boleh saja menafsirkannya selama tidak bertentangan dengan aturan yang telah ditentukan.
Huruf-huruf muqatha’ah juga memiliki perbedaan yang lain dari segi penempatannya yang berulang-ulang pada surat yang berlainan, dan ada yang hanya dipakai dalam satu surat, misalnya Nun sedangkan huruf muqatho’ah yang dipakai secara berulang-ulang dalam permulaan surat contohnya, Alif Lam Mim, Alif Lam Ra, Ha Mim, kemudian akan ditemukan bahwa surat-surat yang dimulai dengan huruf yang sama, isi dan karakteristisnya hampir sama pula dan hal itu tidak dijumpai pada surat-surat yang lain.[13]

E.     Peranan Fawatih Al-Suwar
Dalam Memahami Pesan-pesan Al-Qur’anbanyak para mufassir yang hanya memperkirakan makna dari pada huruf-huruf pada awal surat. Hal ini disebabkan keterbatasan pemahaman dan latar belakang pengetahuan mereka sehingga untuk makna yang hakiki dari ayat tersebut dikembalikan kepada Allah SWT.
Dalam sebuah riwayat, Abu Bakar pernah berkata:
في كل كتاب سروسوه في القر أن أو اءل السور

Artinya : Pada tiap-tiap kitab itu ada rahasia, dan rahasia dalam            Al-Qur’an adalah permulaan-permulaan suratnya.

Adapun peranan Fawatih al-Suwar  dalam memahami pesan-pesan Al-Qur’an adalah untuk menarik perhatian manusia agar mendengarkan dan memahami isi Al-Qur’an. Karena biasanya manusia selalu tertarik terhadap sesuatu yang asing atau unik, yang belum pernah didengar. Huruf-huruf itu jelas merupakan sesuatu yang asing bagi masyarakat Arab, mereka tidak pernah menggunakannya dalam berkomunikasi antar sesama mereka. Maka itulah sebabnya, setelah huruf potong itu selalu diiringi oleh ayat-ayat yang bercerita tentang Al-Qur’an.[14]
Sebagaimana dikatakan oleh Rasyid Ridha bahwa letak keindahan pembicara adalah ketika ia menyadarkan perhatian pendengarnya, sebelum melontarkan uraiannya, agar mereka dapat menangkap dan menguasai pembicaraannya.[15]
Pendapat lain adalah bahwa huruf-huruf itu berfungsi sebagai tanbih (peringatan). Dalam tradisi Arab, ucapan yang digunakan sebagai peringatan adalah ha tanbih. Maka demikian pula Al-Qur’an. Karena isi surat yang diawali huruf-huruf itu pada umumnya berisi tentang Al-Kitab dan kenabian, dua hal yang paling pokok dalam Islam, maka Allah SWT perlu memperingatkan orang-orang musyrikin Arab Mekkah terlebih dahulu agar mereka dapat memahami dan menerima kandungan-kandungan Al-Qur’an.
KESIMPULAN

Fawatih al-Suwar adalah suatu ilmu yang mengkaji tentang bentuk-bentuk huruf, kata atau kalimat permulaan surah-surah Al-Qur’an, yang mana di dalam Al-Qur’an ada sepuluh macam bentuk Fawatih al-Suwar yaitu:
1.      Pembukaan surat dengan lafaz pujian   الثناء 
2.      Pembukaan surat dengan lafaz  النداء  (panggilan) 
3.      Pembukaan surat dengan jumlah Khabariyyah (kalimat berita)
4.      Pembukaan surat dengan huruf Qasam (sumpah)
5.      Pembukaan dengan huruf syarat
6.      Pembukaan surat dengan Amar (perintah)
7.      Pembukaan surat dengan bentuk Istifham (pertanyaan)
8.      Pembukaan surat dengan lafaz do’a.
9.      Pembukaan surat dengan Ta’lil (ilat)
10.  Pembukaan surat yang dimulai dengan huruf Muqatha’ah (huruf potong)

Para ulama berbeda pendapat mengenai kemampuan manusia mengetahui makna huruf muqaththa’ah (huruf potong) yang terdapat di awal beberapa surat. Fawatih al suwar dengan huruf-huruf muqatho’ah merupakan kemukjizatan Al-Qur’an karena ia tidak bisa ditandingi oleh siapapun, bahkan orang Arab sendiri meskipun ia hanya tersusun dari huruf-huruf muqatho’ah, ia berguna sebagai peringatan, memperindah bahasa, menarik perhatian orang musyrik agar mereka memusatkan perhatiannya kepada Al-Qur’an yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Rosihan, Ulumul Qur’an, Bandung: Pustaka Setia, 2004

Muhammad bin Jamil, Bagaimana Kita Memahami Al-Qur’an, (Terj. Muhammad Qawwam, Abu Luqman), Judul Asli: Kaifa Nafhamu Al-Qur’ana Anwa’u At-Tafsiri wa Syarhu ba’dhi Ayi Al-Qur’ani, Malang: Cahaya Tauhid Press, 2006

Yusuf, Kadar M., Studi Al-Qur’an, Jakarta: Amzah, 2010

Zaini, Hasan dan Radhiatul Hasnah, ‘Ulum Al-Qur’an, Batusangkar: STAIN Batusangkar Press, 2011



































[1]Hasan Zaini dan Radhiatul Hasnah, ‘Ulum Al-Qur’an, (Batusangkar: STAIN Batusangkar Press, 2011), h. 165
[2]Kadar M. Yusuf, Studi Al-Qur’an, (Jakarta: Amzah, 2010), h. 55
[3]Hasan Zaini dan Radhiatul Hasnah, Op.cit., h. 174
[4]Rosihan Anwar, Ulumul Qur’an, (Bandung: Pustaka Setia, 2004), h. 139
[5]Hasan Zaini dan Radhiatul Hasnah, Op.cit., h. 174
[6]Ibid., h. 166-169
[7]Rosihan Anwar, Op.cit, h. 137
[8]Ibid., h. 138
[9]Kadar M. Yusuf, Op.cit., h. 58
[10]Muhammad bin Jamil, Bagaimana Kita Memahami Al-Qur’an, (Terj. Muhammad Qawwam, Abu Luqman), Judul Asli: Kaifa Nafhamu Al-Qur’ana Anwa’u At-Tafsiri wa Syarhu ba’dhi Ayi Al-Qur’ani, (Malang: Cahaya Tauhid Press, 2006), h. 335 
[11]Hasan Zaini dan Radhiatul Hasnah, Op.cit., h. 169
[12]Ibid, h. 169
[13]Ibid, h. 172
[14]Kadar M. Yusuf, Op.cit., h. 59
[15]Rosihan Anwar, Op.cit., h. 138