SUMPAH (QASAM) DALAM AL-QUR’AN
A. PENDAHULUAN
Al-Qur’an merupakan
kumpulan dari firman-firman Allah yang berperan sebagai pembeda antara yang haq
dan yang batil, penjelas bagi segala sesuatu, dan lain sebagainya. Kesemuanya
ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an mempunyai cakupan yang sangat luas, baik dalam
kehidupan dunia maupun dalam kehidupan akhirat.
Berbagai macam masalah
yang dibicarakan Al-Qur’an, diantaranya adalah tentang sumpah (qasam) Allah
swt. Seseorang boleh saja merasa heran, mengapa Allah banyak bersumpah dalam Al-Qur’an,
baik bersumpah dengan diri-Nya sendiri ataupun dengan makhluk-makhlukNya.
Keheranan tersebut muncul karena mereka tidak mempelajari idiom Al-Qur’an. Oleh
karena itu, pertanyaan-pertanyaan yang muncul adalah: Apakah yang dimaksud
dengan sumpah Allah dan apa unsur-unsur yang membentuknya. Ayat-ayat mana yang
termasuk sumpah Allah dan kenapa Allah bersumpah,tentang apa Allah bersumpah,
dan lain sebagainya.[1]
Dalam mencari
bentuk-bentuk kata yang berarti sumpah, berpedoman pada Al-Qur’an dan
terjemahannya. Sebagai pegangan awal, kata yang berkaitan dengan uqsimu
ditemukan 24 kali, halaf 12 kali,
yamin 24 kali. Perlu diperhatikan juga sumpah yang berasal dari huruf.
Menurut Ibnu Khalawaih huruf sumpah ada empat macam, yaitu: waw, ba’, ta, dan
hamzah. Tetapi yang ditemukan dalam Al-Qur’an kata yang berarti sumpah
hanya tiga huruf yang pertama, karena huruf hamzah diterjemahkan dengan
“apakah” sebagai huruf istifham. Secara umum sumpah yang dimaksud dapat berupa
sumpah Allah, manusia, dan setan, yang kesemuanya terdapat dalam Al-Qur’an.[2]
B. PENGERTIAN
Kata Qasam
adalah bentuk mufrad dari kata Aqsam. Qasam secara etimologi (bahasa)
adalah الحلف و اليمين yang berarti sumpah. Bentuk
asli dari qasam adalah dengan menggunakan kata kerja أقسم
atau أخلف yang dimuta’adikan kepada muqsam
bih dengan huruf ba’, setelah itu baru disebutkan muqsam ‘alaih,
atau disebut juga dengan jawab qasam.[3]
Secara terminology
(istilah), Ibnul Qayyim mendefinisikan qasam dengan “suatu kalimat yang
memberikan penegasan (taukid) terhadap berita atau tuntunan yang disampaikan”.[4]
Sedangkan
menurut Manna’ al-Qatthan, qasam adalah:
ربط النفس بالإمتناع عن شيءأو الإقدام عليه بمعني معظم عند الحالف حقيقة أو إعتقادا"”
“Sebagai pengikat jiwa (hati) agar melakukan
atau tidak melakukan sesuatu yang dianggap besar atau agung oleh yang
bersumpah, baik secara hakiki maupun I’tiqadi”.[5]
Secara umum dapat dikatakan bahwa sumpah
atau qasam adalah segala sesuatu yang dikemukakan untuk menguatkan berita
dengan menggunakan unsur-unsur sumpah. Jadi, yang dimaksud dengan sumpah Allah
adalah sesuatu yang digunakan Allah untuk menguatkan berita dari Allah melalui
firmanNya dengan menggunakan unsur-unsur sumpah.[6]
C.
SEBAB SUMPAH (QASAM) DALAM AL-QUR’AN
Sabab Qasam artinya sebab sumpah, yaitu latar belakang
terjadinya sumpah. Allah bersumpah dengan sesuatu, dikarenakan sebagian manusia
mengingkarinya atau mereka menganggap remeh. Anggapan demikian lahir dari
ketidaktahuan mereka tentang faedahnya, atau lupa dan buta dari hikmah Allah
swt, atau mungkin juga, pendapat seseorang terbalik dengan yang sebenarnya,
lalu ia berakidah tidak sesuai dengan yang ditetapkan Allah. Kenyataan yang
demikian menjadi sebab bagi Allah untuk bersumpah.[7]
Memperhatikan keterangan di atas, tampak
bahwa terjadinya sumpah antara lain karena adanya penolakan terhadap sesuatu
yang dikemukakan, yaitu Al-Qur’an. Ternyata Al-Qur’an memang menjelaskan
tentang situasi umat zaman dahulu sehingga perlu adanya penekanan untuk
meyakinkan orang yang menerima informasi. Selanjutnya, terjadinya sumpah dalam Al-Qur’an
terdapat tujuan yang melebihi dari apa yang dijelaskan di atas, yaitu untuk
dipikirkan dan diteliti. Hal ini akan membawa mereka kepada keyakinan yang
kuat.[8]
D. MACAM-MACAM SUMPAH
(QASAM) DALAM AL-QUR’AN
Sumpah dalam Al-Qur’an terbagi dua macam:[9]
a. Zhahir, yaitu qasam yang di
dalamnya disebutkan fi’il qasam dan muqsam bih nya, atau qasam
yang tidak disebutkan fi’il qasamnya, tapi diganti dengan huruf ba’, waw,
ta.
b. Mudhmar, yaitu sumpah yang di
dalamnya tidak dijelaskan fi’il qasam dan tidak pula muqsam bih, tapi ia
ditunjukkan oleh lam taukid yang masuk pada jawab qasam. Seperti yang
terdapat dalam surat Ali Imran ayat 186: لتبلون في أموالكم و أنفسكم) ( yang berarti والله
لتبلون .
E. UNSUR-UNSUR SUMPAH
(QASAM) DALAM AL-QUR’AN
Lahirnya suatu sumpah harus didukung oleh
unsur-unsur tertentu, yaitu hal-hal yang dengannya terbentuk sumpah Allah.
Tanpa adanya unsur-unsur dimaksud, maka tidak dapat dikatakan sebagai sumpah
(Allah). Sedikitnya terdapat tiga unsur yang harus dipenuhi jika dikehendaki
suatu ucapan menjadi sebuah sumpah, yaitu: muqsam bih, muqsam ‘alaih,
adat qasam. Termasuk dalam unsur-unsur sumpah, muqsim.[10]
Di antara ayat yang memuat ketiga komponen qasam ini adalah firman Allah swt
dalam surat an-Nahl ayat 38:
(#qßJ|¡ø%r&ur «!$$Î/ yôgy_ öNÎgÏZ»yJ÷r& w ß]yèö7t ª!$# `tB ßNqßJt 4 4n?t/ #´ôãur Ïmøn=tã $y)ym £`Å3»s9ur usYò2r& Ĩ$¨Z9$# w cqßJn=ôèt ÇÌÑÈ
Artinya: mereka
bersumpah dengan nama Allah dengan sumpahnya yang sungguh-sungguh: "Allah
tidak akan akan membangkitkan orang yang mati". (tidak demikian), bahkan
(pasti Allah akan membangkitnya), sebagai suatu janji yang benar dari Allah,
akan tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui,
a. Muqsim
Muqsim atau qasim atau
halif maknanya sama, yaitu yang bersumpah. Dalam Al-Qur’an ditemukan
bahwa yang bersumpah tidak hanya Allah, tapi juga manusia dan setan. Meskipun
demikian, sumpah-sumpah yang diucapkan selain Allah dalam Al-Qur’an adalah
firman Allah. Dalam kaitan dengan manusia sebagai yang bersumpah, antara lain
adalah firman Allah dalam Surat An-Nisa’ ayat 62. Sedangkan dalam kaitannya
dengan setan sebagai yang bersumpah, ditemukan hanya satu kali dalam Al-Qur’an,
yaitu dalam Surat al-A’raf ayat 21.[11]
b. Muqsam bih
Muqsam
bih atau mahluf bih maksudnya
adalah lafaz yang digunakan setelah adat qasam yang dijadikan sandaran dalam
bersumpah.[12]
Misalnya Allah bersumpah dengan Allah sendiri dan dengan sebagian makhlukNya
(tanda kebesaranNya).[13]
Allah swt bisa saja bersumpah dengan apa yang dikehendakiNya, sedangkan manusia
dilarang bersumpah kecuali dengan zat atau sifat Allah Swt.[14]
Hal ini sesuai dengan Sabda Rasul Saw. “Sesungguhnya Allah melarang kamu
bersumpah dengan nama ayahmu, siapa saja yang bersumpah harus dengan nama Allah
atau diam (tidak bersumpah).(HR. al-Darimi).
Hal itu menyebabkan muqsam
bih dalam Al-Qur’an yang lahir dari sumpah Allah sangat beragam, sedangkan
yang lahir dari sumpah manusia tidak beragam.
Terdapatnya berbagai
muqsam bih yang lahir dari sumpah Allah melahirkan pertanyaan tentang kenapa
Allah bersumpah dengan sebagian kecil dari makhlukNya, padahal Allah Maha
Kuasa. Jawabannya, ini bukan karena hal itu lebih mulia dari diriNya, melainkan
hanya menunjukkan betapa pentingnya hal itu untuk diperhatikan, tetapi bukan
untuk dijadikan Tuhan.[15]
Allah bersumpah dengan
diriNya sendiri dalam Al-Qur’an di tujuh tempat: at-Taghabun ayat 7, Saba’ ayat
3, Yunus ayat 53, Maryam ayat 68, al-Hijr ayat 92, an-Nisa’ 65 dan al-Ma’arij
40.[16]
Contoh sumpah Allah dengan makhlukNya dalam Al-Qur’an:[17]
È@ø©9$#ur #sÎ) 4Óy´øót ÇÊÈ Í$pk¨]9$#ur #sÎ) 4©?pgrB ÇËÈ $tBur t,n=y{ tx.©%!$# #Ós\RW{$#ur ÇÌÈ
“Demi malam apabila menutupi (cahaya siang) dan demi siang
apabila terang benderang dan penciptaan laki-laki dan perempuan”(QS al-Lail 1-3)
ħ÷K¤±9$#ur $yg8ptéÏur ÇÊÈ ÌyJs)ø9$#ur #sÎ) $yg9n=s? ÇËÈ Í$pk¨]9$#ur #sÎ) $yg9¯=y_ ÇÌÈ
“Demi matahari dan cahayanya di pagi hari, dan demi bulan
apabila mengiringinya, dan demi siang apabila menampakkannya”(Q.S as-Syams 1-3)
ÈûüÏnG9$#ur ÈbqçG÷¨9$#ur ÇÊÈ ÍqèÛur tûüÏZÅ ÇËÈ
“Demi (buah) tin dan (buah) zaitun dan demi bukit Sinai”(Q.S at-Tin 1-2)
Ìôfxÿø9$#ur ÇÊÈ @A$us9ur 9ô³tã ÇËÈ Æìøÿ¤±9$#ur Ìø?uqø9$#ur ÇÌÈ È@ø©9$#ur #sÎ) Îô£o ÇÍÈ
“Demi fajar, dan malam yang sepuluh dan yang genap dan yang
ganjil, dan malam bila berlalu”(Q.S al-Fajr 1-4)
c. Muqsam ‘alaih
Muqsam ‘alaih disebut
juga dengan jawab qasam. Telah dijelaskan bahwa tujuan qasam adalah untuk
menguatkan dan mewujudkan muqsam ‘alaih, yaitu pernyataan karenanya sumpah
diucapkan. Jawab qasam tersebut haruslah berupa hal-hal yang layak untuk
dimunculkan suatu qasam terhadapnya. Misalnya hal-hal gaib untuk menetapkan
keberadaannya, atau untuk lebih menjelaskan ke-Maha Kuasaan Allah dan
keterbatasan rasio manusia yang diberikan Allah.[18]
Di dalam Al-Qur’an
secara garis besar Allah bersumpah dengan hal-hal sebagai berikut:[19]
1.
Pokok-pokok keimanan dan ketauhidan. Ini terdapat dalam Surat ash-Shaffat
ayat 1-4:
ÏM»¤ÿ¯»¢Á9$#ur $yÿ|¹ ÇÊÈ ÏNºtÅ_º¨9$$sù #\ô_y ÇËÈ ÏM»uÎ=»G9$$sù #·ø.Ï ÇÌÈ ¨bÎ) ö/ä3yg»s9Î) ÓÏnºuqs9 ÇÍÈ
“Demi (rombongan) yang ber shaf-shaf dengan sebenar-benarnya,
dan demi (rombongan) yang melarang dengan sebenar-benarnya (dari
perbuatan-perbuatan maksiat), dan demi (rombongan) yang membacakan pelajaran,
Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Esa”
Yang menjadi muqsam
‘alaih dalam ayat ini adalah “Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Esa”, jawab
qasam terletak sesudah fi’fil qasam dan muqsam bih.
2.
Penegasan bahwa Rasulullah benar-benar utusan Allah, terdapat dalam Surat
Yaasin ayat 1-3:
û§ ÇÊÈ Éb#uäöà)ø9$#ur ÉOÅ3ptø:$# ÇËÈ y7¨RÎ) z`ÏJs9 tûüÎ=yößJø9$# ÇÌÈ
“Yaa siin demi Al Quran yang penuh hikmah, Sesungguhnya kamu
salah seorang dari rasul-rasul”
3.
Penegasan bahwa Al-Qur’an benar-benar mulia, terdapat dalam Surat
al-Waqi’ah ayat 75-76:
Ixsù ÞOÅ¡ø%é& ÆìÏ%ºuqyJÎ/ ÏQqàfZ9$# ÇÐÎÈ ¼çm¯RÎ)ur ÒO|¡s)s9 öq©9 tbqßJn=÷ès? íOÏàtã ÇÐÏÈ
“Maka aku bersumpah dengan masa turunnya bagian-bagian Al-Qur’an.
Sesungguhnya sumpah itu adalah sumpah yang besar kalau kamu mengetahui.”
4.
Penegasan tentang balasan, janji dan ancaman yang benar-benar terlaksana
dalam Surat az-Zariyat ayat 1-6:
ÏM»tͺ©%!$#ur #Yrös ÇÊÈ ÏM»n=ÏJ»ptø:$$sù #\ø%Ír ÇËÈ ÏM»tÌ»pgø:$$sù #Zô£ç ÇÌÈ ÏM»yJÅb¡s)ßJø9$$sù #·øBr& ÇÍÈ $oÿ©VÎ) tbrßtãqè? ×-Ï$|Ás9 ÇÎÈ ¨bÎ)ur tûïÏe$!$# ÓìÏ%ºuqs9 ÇÏÈ
“Demi (angin) yang menerbangkan debu dengan kuat. dan awan yang
mengandung hujan, dan kapal-kapal yang berlayar dengan mudah, dan
(malaikat-malaikat) yang membagi-bagi urusan. Sesungguhnya apa yang dijanjikan
kepadamu pasti benar. dan Sesungguhnya (hari) pembalasan pasti terjadi”
5.
Keterangan tentang ihwal manusiaterdapat dalam Surat al-Lail ayat 1-4:
È@ø©9$#ur #sÎ) 4Óy´øót ÇÊÈ Í$pk¨]9$#ur #sÎ) 4©?pgrB ÇËÈ $tBur t,n=y{ tx.©%!$# #Ós\RW{$#ur ÇÌÈ ¨bÎ) ö/ä3u÷èy 4Ó®Lt±s9 ÇÍÈ
“Demi malam apabila menutupi (cahaya siang) dan demi siang
apabila terang benderang dan penciptaan laki-laki dan perempuan, sungguh
usahamu beraneka ragam”
Di samping itu terdapat juga dalam Al-Qur’an muqsam ‘alaih yang
dihilangkan, diantaranya terdapat dalam ayat-ayat berikut:[20]
1. Dalam Surat al- fajr
ayat 1-6
2. Dalam Surat al-Qiyamah
ayat 3-4
Kebanyakan jawab qasam tidak disebutkan apabila sudah terdapat indikasi
yang menunjukkan kepada muqsam ‘alaih, dapat pula dipahami bahwa qasam
bertujuan untuk mengukuhkan dan mewujudkan muqsam ‘alaih.
d. Shighat Qasam (fi’il qasam)
Dalam Al-Qur’an
ditemukan beberapa sighat qasam:[21]
1.
Dengan fi’il uqsimu atau yahlifu yang muta’addi dengan ba’,
seperti yang terdapat dalam Surat an-Nahl ayat 38:
(#qßJ|¡ø%r&ur «!$$Î/ yôgy_ öNÎgÏZ»yJ÷r& w ß]yèö7t ª!$# `tB ßNqßJt 4 4n?t/ #´ôãur Ïmøn=tã $y)ym £`Å3»s9ur usYò2r& Ĩ$¨Z9$# w cqßJn=ôèt ÇÌÑÈ
“Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sumpahnya yang
sungguh-sungguh: "Allah tidak akan akan membangkitkan orang yang
mati". (tidak demikian), bahkan (pasti Allah akan membangkitnya), sebagai
suatu janji yang benar dari Allah, akan tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui”
2. Fi’il qasam yang
dicukupkan dengan huruf qasam ba’, kemudian diganti dengan huruf waw
(untuk isim zhahir dan lafaz Jalalah), dan ta’ (khusus untuk
lafaz jalalah). Seperti yang terdapat dalam firman Allah dalam Surat al-lail
ayat 1, dan Surat al-Anbiya’ ayat 57:
«!$$s?ur ¨byÅ2V{ /ä3yJ»uZô¹r& y÷èt/ br& (#q9uqè? tûïÌÎ/ôãB ÇÎÐÈ
“Demi Allah, Sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap
berhala-berhalamu sesudah kamu pergi meninggalkannya”(al-Anbiya’:57)
F.
URGENSI QASAM DALAM AL-QUR’AN
Qasam dalam Al-Qur’an bermuatan rahasia untuk menguatkan pesan-pesan Al-Qur’an
yang sampai kepada manusia terutama untuk orang yang masih ragu-ragu, menolak
bahkan mengingkari kebenaran ajaran-ajaran Al-Qur’an.
Ada tiga macam pola penggunaan kalimat berita dalam Al-Qur’an, yaitu:
ibtida’, thalabi, dan inkari.[22]
a. Ibtida’(berita tanpa
penguat), yaitu untuk orang yang netral dan wajar-wajar saja dalam menerima
suatu berita, tidak ragu-ragu dan tidak mengingkarinya.
b. Thalabi, yaitu untuk
orang-orang yang ragu terhadap kebenaran suatu berita, sehingga berita yang
disampaikan kepadanya perlu diberikan sedikit penguat yang disebut dengan
kalimat thalabi atau taukid untuk meyakinkan dan menghilangkan
keraguannya.
c. Inkari, yaitu untuk
orang-orang yang bersifat ingkar dan selalu menyangkal suatu berita, untuk
kondisi seperti ini beritanya harus disertai dengan kalam inkari
(diperkuat sesuai dengan kadar keingkarannya). Oleh karena itu Allah
menggunakan kalimat sumpah dalam Al-Qur’an, untuk menghilangkan keraguan,
menegakkan hujjah dan menguatkan berita
terhadap orang-orang yang seperti ini.
G. KESIMPULAN
Dapat penulis simpulkan
bahwa:
a. Setiap sesuatu yang ada
qasam dalam Al-Qur’an merupakan suatu hal yang penting dan sangat perlu
diperhatikan.
b. Qasam dalam Al-Qur’an
berfungsi untuk memperkuat sesuatu yang disampaikan dan menegakkan atau
menyempurnakan hujjah (argumentasi).
c. Qasam terbagi dua:
Zahir dan Mudhmar.
d. Unsur-Unsur Qasam:
Muqsim, muqsam bih, muqsam ‘alaih, shighat qasam.
DAFTAR
KEPUSTAKAAN
Al-Qatthan, Manna’, Mabahits fi ‘Ulum Al-Qur’an, (Riyadh:
Mansyurat al-Ashr al-Hadits, 1973)
Al-Qayyim, Ibn Al-Jauzi, at-Tibyan fi Aqsamil Qur’an, (Kairo:
Maktabah al-Mutanabbi, tt)
Nasution, Hasan Mansur, Rahasia Sumpah Allah Dalam Al-Qur’an,
(Jakarta: Khazanah Baru, 2002)
Zaini, Hasan dan Radhiatul Hasnah, ‘Ulum Al-Qur’an, (Batu Sangkar:
STAIN Batu Sangkar Press, 2010
yang tidak berubah rasanya, sungai-sungai dari khamar yang lezat rasanya
bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring; dan mereka
memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Rabb mereka,
sama dengan orang yang kekal dalam jahannam dan diberi minuman dengan air yang
mendidih sehingga memotong ususnya.( Q.S.Muhammad : 15 )
Kata matsal yang terdapat di awal
ayat ini mendiskripsikan keadaan surga yang sangat mengagumkan, di mana keadaan
penghuninya tidak mungkin sama denga penghuni neraka.
1. Menurut istilah ulama
ahli Adab, Matsal adalah ucapan yang
banyak menyamakan keadaan sesuatu yang menceritakan dengan sesuatu yang dituju.[23]
2. Menurut istilah ulama
ahli Bayan Matsal adalah ungkapan majaz
yang disamakan dengan asalnya karena adanya persamaan yang dalam ilmu
balaghah disebut tasybih.[24]
3. Menurut ulama Tafsir Matsal adalah menampakkan pengertian
yang abstrak dalam ungkapan yang indah, singkat dan manarik, yang mengena dalam
jiwa, baik dengan bentuk tasybih maupun majaz mursal.[25]
A. Macam-macam Matsal
Menurut Manna’ al-Qaththan Matsal di dalam Al-Qur’an
ada tiga macam, Amtsal Musharrahah,Amtsal Kaminah dan Amtsal
Mursalah.
1. Amtsal musharrahah (
الامثال المصرحة) maksudnya sesuatu yang dijelaskan dengan lafazh Matsal atau sesuatu yang menunjukkan
tasybih (penyerupaan).[26]
Amtsal ini banyak ditemukan dalam Al-Qur’an,
seperti :
أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَسَالَتْ أَوْدِيَةٌ بِقَدَرِهَا فَاحْتَمَلَ السَّيْلُ زَبَدًا رَابِيًا وَمِمَّا يُوقِدُونَ عَلَيْهِ فِي النَّارِ ابْتِغَاءَ حِلْيَةٍ أَوْ مَتَاعٍ زَبَدٌ مِثْلُهُ كَذَلِكَ يَضْرِبُ اللَّهُ الْحَقَّ وَالْبَاطِلَ فَأَمَّا الزَّبَدُ فَيَذْهَبُ جُفَاءً وَأَمَّا مَا يَنْفَعُ النَّاسَ فَيَمْكُثُ فِي الْأَرْضِ كَذَلِكَ يَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ
“Allah telah menurunkan
air (hujan) dari langit , maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut
ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengambang. Dan dari apa (logam)
yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula)
buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang batil. Adapun buih
itu akan hilang sebagai sesuatu yang tidak ada harganya, adapun yang member
manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat
perumpamaan-perumpamaan.”(Q.S.ar Ra’d :17)
Dalam ayat ini Allah
menyebutkan dua perumpamaan yaitu ماء (air) dan النار(api) bagi yang hak dan yang
batil. Wahyu yang diturunkan untuk menghidupkan hati diumpamakan dengan air
yang turun untuk menghidupkan bumi dan hati diumpamakan seperti lembah. Air
yang mengaliri lembah membawa buih dan sampah. Begitu pula hidayah yang melewati
hati manusia akan berpengaruh terhadap nafsu dengan menghilangkan. Inilah
matsal / perumpamaan ماء (air). Adapun perumpamaan النار (api) terlihat pada ومما يوقدون apabila badan dipanaskan,
kulitnya akan terkelupas sehingga akan menghilangkan karat dan kotoran yang
melekat padanya. Begitu pula nafsu yang akan dibuang oleh hati seorang mukmin
sebagaimana arus air yang menghayutkan buih dan sampah atau api yang
menghilangkan karat logam.
2. Amtsal Kaminah ( الامثال
الكامنة) ,
yaitu amtsal yang tidak menyebutkan dengan jelas kata-kata yang menunjukkan
perumpamaan tetapi kalimat itu mengandung makna yang indah, singkat, padat dan
menarik,[27]
seperti :
1. Menyerupai ungkapan
“ sebaik-baik perkara adalah tidak berlebih-lebihan, adil dan seimbang.”yaitu :
firman Allah tentang sapi betina : “Sapi betina yang tidak tua dan tidak
muda, pertengahan diantara itu..”(al-Baqarah : 68)
2. Menyerupai ungkapan
“ apa yang engkau lakukan terhadap orang lain, begitu pula engkau akan
diperlakukan oleh orang lain” yaitu : firman Allah, “ barangsiapa mengerjakan
kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan
3. Menyerupai ungkapan “orang mukmin tidak akan masuk lubang yang sama
untuk kedua kalinya.” Yaitu Firman Allah. melalui lisan ya’kub: “bagaimana aku
mempercayakannya (bunyamin) kepadamu, kecuali seperti aku telah mempercayakan
saudaranya (yusuf) kepadamu dahulu.” (yusuf : 12-64)
3. Amtsal Mursalah ( الامثال المرسلة) yaitu kalimat-kalimat dalam Al-Qur’an yang disebut secara lepas
atau bebas tanpa penggunaan lafazh tasybih secara jelas, tetapi kalimat-kalimat
itu berlaku sebagai matsal,[28]
seperti :
Firman Allah : “Tiap-tiap
diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya.” (Q.S.al-Mudatsir
: 38)
“Boleh jadi kamu
membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu” (Q.S.al-Baqarah: 216)
“Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah
(pulalah) yang disembah.”(Q.S al-Hajj:73)
B. Peranan Matsal dalam
memahami Al-Qur’an
Menurut Manna al-Qaththan manfaat Matsal
dalam memahami Al-Qur’an diantaranya :[29]
1.
Menampilkan sesuatu yang ma’qul (rasional) dalam bentuk konkrit yang
dapat dirasakan indera manusia, sehingga akal mudah menerimanya. Sebab
pengertian-pengertian abstrak tidak akan bertahan dalam benak kecuali jika ia
dituangkan dalam bentuk indrawi yang dekat dengan pemahaman. Misalnya Allah
membuat perumpamaan bagi keadaan orang yang menafkahkan hartanya secara riya’
bahwa ia tidak akan mendapatkan pahala sedikitpun dari perbuatannya itu.
“Maka perumpamaan
orang itu seperti batu licin yang diatasnya ada tanah, kemudian batu itu
ditimpa hujan lebat, lalu menjadi lah ia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak
menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan.” (Q.S.al-Baqarah :
264)
2.
Mengungkapkan hakikat-hakikat sesuatu yang tidak tampak seakan-akan
sesuatu yang tampak, misalnya:
Orang-orang yang makan
(mengambil) riba. tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya
orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila.” (Q.S.al-Baqarah : 275)
3.
Menghimpun makna yang menarik dan indah dalam satu ungkapan yang padat,
seperti amtsal kaminah dan amtsal mursalah dalam ayat-ayat di atas.
4.
Mendorong orang yang diberi Matsal
untuk berbuat sesuai dengan isi Matsal,
jika ia merupakan sesuatu yang disenangi jiwa. Misalnya Allah membuat Matsal bagi keadaan orang yang
menafkahkan harta di jalan Allah, di mana hal itu akan memberikan kepadanya
kebaikan yang banyak. Allah berfirman :
Perumpamaan (nafkah
yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah
adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada
tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang
Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”(Q.S.al-Baqarah : 261)
5.
Menjauhkan dan mennghindarkan, jika isi matsal berupa sesuatu yang
dibenci jiwa, misalnya tentang larangan bergunjing,
“Dan janganlah
mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain.
Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah
mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. “(Q.S.al-Hujurat : 12).
6. Untuk memuji orang yang
diberi Matsal, seperti firman-Nya
tentang para sahabat,
“Demikianlah
sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu
seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman
itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman
itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati
orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin).” (Q.S.al-fath : 29)
7.
Untuk menggambarkan sesuatu yang mempunyai sifat yang dipandang buruk
oleh orang banyak. Misalnya Matsal tentang
keadaaan orang yang dikarunia Kitabullah tetapi ia tersesat jalan hingga tidak
mengamalkannya, dalam ayat :
Dan bacakanlah kepada
mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami
(pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian dia melepaskan diri dari pada
ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh syaitan (sampai dia tergoda), maka jadilah
dia termasuk orang-orang yang sesat. Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya
Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada
dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti
anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya
dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang
mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu
agar mereka berfikir.(Q.S.al-A’raf : 175 –
176).
8.
Matsal lebih berbekas dalam
jiwa, lebih efektif dalam memberikan nasihat, lebih kuat dalam memberikan
peringatan, dan lebih dapat memuaskan hati. Allah banyak menyebut Matsal dalam Al-Qur’an untuk peringatan
dan pelajaran. Ia berfirman :
“Sesungguhnya telah
Kami buatkan bagi manusia dalam Al Quran ini setiap macam perumpamaan supaya
mereka dapat pelajaran”.(Q.S.az-Zumar : 27)
Dan
perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dan tiada yang memahaminya
kecuali orang-orang yang berilmu. (Q.S.al-Ankabut ; 43)
C. Implementasi Matsal
dalam Kehidupan / Pergaulan
Dalam kehidupan sehari-hari manusia dapat mengimplementasikan
matsal diantaranya.[30]
:
1.
Dapat mengungkapkan makna yang indah, bagus dan menarik dalam bentuk
ungkapan yang singkat dan padat sehingga mendorong seorang bertutur kata yang
baik dalam pergaulannya.
2.
Mendorong agar giat dan rajin beramal dan melakukan hal-hal yang menarik
dalam Al-Qur’an.
3.
Menghindarkan dan menjauhkan dari perbuatan tercela
4.
Untuk menciptakan rasa berkesan dan membekas dalam jiwa, maka para juru
dakwah dan pendidik juga banyak menyampaikan pesan-pesannya melalui Matsal.
PENUTUP
Matsal merupakan salah satu ushlub Al-Qur’an yang
tidak tertandingi oleh manusia. Allah SWT banyak memberikan nasehat dan
peringatan kepada manusia dengan mempergunakan Matsal. Karena pesan dalam bentuk perumpamaan (matsal) akan
lebih mudah dipahami dan menyentuh hati serta kuat pengaruhnya pada diri
manusia.
Matsal ada tiga macam:
Ø Amtsal Al Musharrahah
Ø Amtsal Al-Kamina
Ø Amtsal Al- mursal
Adapun peranan Matsal dalam kehidupan sehari-hari adalah:
- Memotivasi orang untuk mengikuti atau mencontoh perbuatan baik seperti apa yang digambarkan dalam Matsal.
- Menghindarkan diri dari perbuatan negatif.
- Matsal lebih berpengaruh pada jiwa, lebih efektif dalam memberikan nasihat, lebih kuat dalam memberikan peringatan dan lebih dapat memuaskan hati. Dalam Al-Qur’an Allah swt. banyak menyebut Matsal untuk peringatan dan supaya dapat diambil ibrahnya.
- Memberikan kesempatan kepada setiap budaya dan juga bagi nalar para cendekiawan untuk menafsirkan dan mengaktualisasikan diri dalam wadah nilai-nilai universalnya.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Ahmad Syadali dan Ahmad
Rofi’I, Ulumul Quran II, Bandung
: CV.Pustaka Setia, 2000
Hasan Zaini dan
Radhiatul Hasnah , ‘Ulumul Qur’an, Batusangkar : STAIN Batusangkar Press, 2010
Manna’ al-Qaththan , Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, diterjemahkan
oleh Aunar Rafiq el-Mazni , Jakarta : Pustaka al-Kautsar, 2006
M.Shalahuddin Hamid, Study
Ulumul Qur’an, Jakarta : PT.Intimedia Ciptanusantara, 2002
Shalahuddin Hamid, Study Ulumul Qur’an, Jakarta
: PT.Intimedia Ciptanusantara
[1] Hasan Mansur Nasution, Rahasia
Sumpah Allah Dalam al-Qur’an, (Jakarta: Khazanah Baru, 2002), h. 3
[2] Ibid.
[3] Manna’ al-Qatthan, Pengantar
Studi Ilmu Al-Qur’an, (Pustaka Al-Kausar: Jakarta Timur, 2006). Cet ke-VI,
h. 364
[4] Hasan Zaini dan
Radhiyatul Hasnah, ‘Ulum al-Qur’an, (Batu Sangkar: STAIN Batu Sangkar
Press, 2010), h. 156
[5] Manna’ al-Qatthan, op.cit.,
h. 365
[6] Hasan Mansur Nasution, op.cit.,
h. 6
[7] Ibid, h. 9
[8] Ibid, h. 10
[9] Manna’ al-Qatthan, op.cit.,
h. 368-369
[10] Hasan Mansur Nasution, op.cit.,
h. 7
[11] Ibid, h. 8
[12] Hasan Zaini dan
Radhiatul Hasnah, op.cit., h. 159
[13]Ibnu al-Qayyim
al-Jauziyah, Tibyan fi Aqsamil Qur’an, (Kairo: al-Mutanabbi, tt), h. 7
[14] Hasan Mansur Nasution, op.cit.,,h.
12
[15] Ibid, h. 13
[16] Manna’ al-Qatthan, op.cit.,
h. 366
[17] Ibid. h. 367
[18] Hasan Mansur Nasution, op.cit.,
h.14
[19] Hasan Zaini dan
Radhiatul Hasnah, op.cit., h.160
[20] Ibid.h.161
[21] Manna’ al-Qatthan, op.cit.,
h. 364-365
[22] Hasan Zaini dan Radiatul
Hasnah, op.cit., h. 162
[23]Ahmad
Syadali dan Ahmad Rofi’I, Ulumul
Quran II, (Bandung : CV.Pustaka Setia, 2000), h. 35
Tidak ada komentar:
Posting Komentar