Jumat, 08 September 2017

ulumul qur'an



  NUZUL QUR’AN DAN JAM’UL QUR’AN PADA MASA NABI
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang
      Al- Qur’an sebagai pedoman umat islam yang berisi petunjuk dan tuntutan komprehensif guna untuk mengatur kehidupan dunia dan akhirat. Ia merupakan kitab otentik dan unik, yang mana redaksi, susunan maupun kandungan maknanya berasal dari wahyu, sehingga ia terpilih dan terjamin sepanjang zaman. Al-Qur’an turun kepada Nabi Saw. Tidak sekaligus, melainkan dengan cara berangsur-angsur dalam masa yang relatif panjang, yakni dimulai sejak zaman Nabi Saw. Diangkat menjadi rasul dan berakhir pada menjelang wafatnya. Justru tidak heran bila Al-Qur’an belum sempat dibukukan seperti keseluruhan ketika itu belum selesai diturunkan.
1.2  Rumusan masalah
1.      Apa pengertian pengumpulan Al-Qur’an?
2.      Bagaimana sejarah pengumpulan Al-Qur’an (jam’ul Qur’an)?
3.      Bagaimana sejarah pengumpulan Al-Qur’an pada masa Nabi?

BAB 2
PEMBAHASAN                                                                                          2.1  Pengertian Pengumpulan Al-Qur’an                                                                                             Dalam sebagian besar literatur yang membahas tentang ilmu-ilmu Al-Qur’an, istilah yang dipakai untuk menunjukkan arti penulisan, pembukuan atau kondifikasi Al-Qur’an suratnya atau menerbitkan ayat-ayatnya semata dan setiap surat ditulis dalam satu lembaran terpisah, atau menerbitkan ayat-ayat dan surat-suratnya dalam lembaran yang terkumpul yang menghimpun semua surat. Apabila kita mencermati maksud dua pengertian diatas, sesungguhnya istilah-istilah yang mereka gunakan mempunyai maksud yang sama, yaitu proses penyampaian wahyu yang turun, oleh rasulullah kepada para sahabat, pencatatan atau penulisannya sampai di himpun catatan-catatan tersebut dalam 1 mushaf yang utuh dan tersusun secara tertib. Secara garis besar, pengumpulan Al-Qur’an dilakukan dua periode yaitu periode rasulullah dan periode khulafaur rasyidin. Firman Allah dalam surah Al-Qiyamah [75]:
Terjemahannya:
            “Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al-Qur’an karena hendak cepat-cepat (menguasainya), sesungguhnya atas tanggungan mu kamilah yang mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu kemudian, sesungguhnya atas tanggungan kamilah penjelasannya.”
            Sedangkan pengumpulan pada nabi di bagi menjadi dua seperti pendapat kebanyakan ulama, yaitu:                                                                                                                                              1). Pengumpulan dalam dada, dengan cara menghafal, menghayati dan mengamalkan.        Penghimpuna Al-Qur’an dalam dada ini dengan cara menghafal telah                                   dibuktikan rasulullah sendiri, baik itu mengulang hafalannya dalam shalat maupun           diluar shalat agar tetap terjaga. Kedatagan wahyu merupakan sesuatu yang                        dirindukan Nabi, oleh karena itu, ketika wahyu datang Nabi langsung menghafal dan   memahaminya. Dengan demikian Nabi adalah orang yang pertama menghafal                       Al-Qur’an. Dan setelah itu beliau membacakannya kepada sahabat dan umatnya              sejelas mungkin dan memerintahkan kepada mereka untuk dapat menghafalnya dan            memantapkannya.Para sahabat begitu begitu semangat dalam mempelajari,                        membaca, dan menghafalnya. Selain itu para sahabat juga mengajarkan pada anak  istrinya.
            2).  Pengumpulan dalam dokumen dengan cara menulis pada kitab, atau diwujudkan         dalam bentuk ukiran.
            Demi memelihara Al-Qur’an, selain Al-Qur’an dihafal ia juga ditulis pada pelepah kurma, pohon, daun, kulit, tulang dan lainnya.                                                                 
Penghimpun Al-Qur’an pada masa Rasulullah tidak dilakukan secara utuh dalam bentuk mushaf, diantaranya disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:                                                         a. Al-Qur’an tidak diturunkan sekaligus dan terpisah-pisah                                                       b.Susunan ayat dan surah tidak berdasarkan urutan turunnya Al-Qur’an pada                   Rasulullah                                                                                                                            c. Masa turunnya Al-Qur’an dengan wafatnya Rasulullah masanya sangat pendek                  d. Sebagian ayat ada yang mansukh.
2.2 SEJARAH  PENGUMPULAN AL-QUR’AN PADA  MASA  NABI
          Pengumpulan Al-Qur’an pada masa Nabi dikategorikan menjadi dua bagian, yakni            a). Pengumpulan Al-Qur’an dalam konteks hafalan, Al-Qur’anul karim turun kepada Nabi yang ummi (tidak bisa tulis baca). Karena itu perhatian Nabi hanya sekedar menghafal dan menghayatinya agar ia dapat menguasai Al-Qur’an persi sebagaimana halnya Al-Qur’an diturunkan.  Allah berfirman “ Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul diantara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab dan hikmah (As sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesehatan yang nyata”. (Q. Al-Jum’ah : 2)
            Pada masa Nabi, terdapat banyak penghafal Al-Qur’an dari kalangan sahabat. Banyak pula pendapat dan riwayat yang menyebutkan jumlah penghafalnya dengan berbagai versi, pendapat yang menyebutkan 70 orang, berdasarkan kitab Ash-shahih tentang perperangan sumur ma’unah disebut bahwa para sahabat yang terbunuh pada perperangan itu mendapat gelar Al-Qurra (pembaca dan penghafal Al-Qur’an) mereka semua berjumlah 70 orang. Menurut Ibnu Atsir Al- Jazary dalam kitab An-Nasyr, menyebut para penghafal Al-Qur’an berjumlah 35 orang. Pada masa Rasulullah masih hidup, Al-Qur’an dipelihara sedemikian rupa, sehingga cara yang terkenal untuk menghafal Al-Qur’an adalah dengan menghafal dan menulisnya. Rasulullah memerintahkan agar para sahabat  yang pandai menulis segera menuliskan ayat-ayat Al-Qur’an yang telah dihafal oleh mereka. Diantara sahabat yang diperintahkan untuk menulis ayat-ayat Al-Qur’an adalah:                                                                a.  4 sahabat terkemuka, yaitu Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali                                         b. Muawiyah bin Abu Sufyan                                                                                                 c. Zaid bin Tasabit                                                                                                                  d. Ubay dan Ka’ab                                                                                                                 e. Khalid binWalid
Disamping sahabat-sahabat terkemuka yang menghafal Al-Qur’an menurut hadits yang diriwayatkan Bukhari adalah:                                                                                                             1. Abdullah ibnu Mas’ud                                                                                                        2. Salim bin Mu’aqil, dia adalah Maula Abu Huzaifah                                                          3. Mu’az bin Jabal                                                                                                                   4. Ubay bin Ka’ab                                                                                                                   5. Zaid bin Tsabit                                                                                                                        6. Abu Zaid bin Sukun                                                                                                           7. Abu Darda’            
            b). Pengumpulan Al-Qur’an dalam konteks penulisan                                                                    Rasulullah mengangkat para penulis wahyu Al-Qur’an dari sahabat-sahabat terkemuka, setiap turun ayat Al-Qur’an beliau memerintahkan kepada mereka untuk menulisnya dalam rangka memperkuat catatan dan dokumentasi dalam kehati-hatian belia terhadap kitab Allah.
BAB 3
PENUTUP
3.1  KESIMPULAN
Dari pembahasan materi jam’ul Qur’an yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa, jumma’ul Qur’an artinya huffazhuhu (para penghafal, yaitu orang yang menghafalkan dalam hatinya), sedangkan dalam arti kitabu kulihi (penulisan Al-Qur’an semuanya) baik dengan memisahkan ayat-ayat dan surat-suratnya atau menerbitkan ayat-ayatnya semata dan setiap surat ditulis dalam satu lembaran terpisah, atau menerbitkan ayat-ayatnya dan surat-suratnya dalam lembaran terkumpul yang menghimpun semua surat.

                                                           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar