Minggu, 24 September 2017

ulumul qur'an



   ILMU RASAM QUR’ANI
            PENGETAHUAN TENTANG TULISAN AL-QUR’AN  
            “Panitia empat” pada zaman khalifah Utsman dibebani tugas penulisan beberapa naskah Al-Qur’an untuk disebarkan kedaerah-daerah islam, menempuh cara khusus yang direstui olehKhalifah tersebut, baik dalam penulisan lafazh-lafazhnya maupun bentuk huruf yang digunakannya. Para ulama sepakat menamainya dengan istilah “Rasmul-Mushaf”  (tulisan mushaf). Banyak pula yang mengaitkan tulisan itu dengan nama Khalifah yang memberi tugas, sehingga menyebutnya” Rasam Utsman” atau “Ar-Rasmul Utsmany” . dan memang wajar apabila Khalifah yang merestui dan mewujudkannya dalam kenyataan itu memperoleh penghormatan yang juga adalah seorang pahlawan syahid yang agung, menyongsong ajalnya dalam keadaan membaca Kibullah Al-Qur’an dengan hati khusyu’  menghadapkan diri kepada Allah SWT. dalam batas-batas tertentu pernyataan tersebut memberi pengertian kepada kita, kenapa banyak orang yang percaya bahwa setiap mushaf kuno yang mereka temukan adalah mushaf Utsman, atau salah satu diantara beberapa mushaf  yang ditulis pada masa Khalifah Utsman. Bahkan ada pula berpendapat bahwa pada mushaf Utsman masih terdapat bekas percikan darah Khalifah yang gugur sebagai pahlae\wan syahid.            Beberapa orang memperlihatkan sikap yang berlebihan dengan menyatakan pendapat,  bahwa Rasam Qur’ani itu adalah tauqifi, yang metode penulisannya diletakkan sendirinoleh Rasulullah SAW, mereka mengkaitkan rasam Qur’ani itu kepada beliau adalah seorang nabi yang tak kenal tulis baca. Mereka mengatakan bahwa Nabi Muhammad pernah berkata kepada Mu’awiyah, salah seorang petugas pencatat wahyu: ‘ Ambillah tinta, tulislah huruf-huruf dengan qalam (pena), rentangkan huruf “baa”, bedakan huruf “siin”, jangan merapatkan lubang huruf “miim”, tulis lafazh “ ar-Rahim” yang indah. Kemudian letakkan qalam-mu pada telinga kiri, ia selalu akan mengingatkanmu”. Ibnu Mubarak termasuk orang yang paling bersemangat mempertahankan pendapat seperti itu. Dalam bukunya  yang berjudul Al- Ibriz ia mencatat apa yang dikatakan oleh gurunya, Abdul Aziz ad-Daddagh, yang mengatakan sebagai berikut:                                                                                                                  “tidak seujung rambut dari hurug Qur’an yang ditulis oleh sahabat Nabi atau lainnya. Rasam Qur’ani adalah tauqif dari Nabi ( yakni atas dasr petunjuk dan tuntutan langsung dari Rasulullah SAW). Beliaulah yang menyuruh mereka (para sahabat) menulis rasam Qur’ani itu dalam bentuk yang tidak dikenal,  termasuk tambahan huruf alif dan pengurangannya,  untuk kepentingan rahasia yang tak dapat dijangkau oleh akal dan fikiran yaitu rahasia yang di khususkan Allah bagi kitab suci-Nya, Al-Qur’an, suatu kekhususan yang tidak diberikan  kepada kitab-kitab suci yang lainnya.                                                                                      

       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar